Keributan di sekolah mulai berangsur menyepi. Aku sudah selesai ditanyai oleh polisi dan kini tinggal menunggu Mama datang menjemputku.
Aku melirik ke kanan, beberapa orang dari berbisik-bisik sambil melirik tajam ke arahku. Aku melengos tak perduli, melirik ke kiri, ke arah kantin. Sekeliling kantin dihiasi pita, tapi bukan pita warna-warni seperti waktu ada pesta ulang tahun. Pita itu berwarna kuning bertulisan hitam: DILARANG MELINTAS, GARIS POLISI.
Keadaan kantin porak-poranda. Meja-meja terbalik, piring dan gelas bergelimpangan disana-sini. Beberapa tubuh terbungkus kain masih tergeletak, sementara lebih banyak lagi polisi yang mencegah beberapa orangtua murid yang mencoba meraih jasad anak-anak mereka sambil menjerit histeris.
Aku menoleh ke depan. Seseorang tengah menatapku. Ia mudah dikenali, karena warna lebam di pipinya begitu kontras dengan kulitnya yang putih - tidak ada anak lain di sekolah yang memiliki tanda begitu jelas di wajahnya.
Ia tersenyum, menaruh telunjuknya di bibir dan mengangguk. Aku tidak tahu apa-apa, tapi aku ikut menaruh telunjukku di bibir dan mengangguk.
No comments:
Post a Comment