Tuesday, December 28, 2010

After Lunch

Keributan di sekolah mulai berangsur menyepi. Aku sudah selesai ditanyai oleh polisi dan kini tinggal menunggu Mama datang menjemputku.

Aku melirik ke kanan, beberapa orang dari berbisik-bisik sambil melirik tajam ke arahku. Aku melengos tak perduli, melirik ke kiri, ke arah kantin. Sekeliling kantin dihiasi pita, tapi bukan pita warna-warni seperti waktu ada pesta ulang tahun. Pita itu berwarna kuning bertulisan hitam: DILARANG MELINTAS, GARIS POLISI.

Keadaan kantin porak-poranda. Meja-meja terbalik, piring dan gelas bergelimpangan disana-sini. Beberapa tubuh terbungkus kain masih tergeletak, sementara lebih banyak lagi polisi yang mencegah beberapa orangtua murid yang mencoba meraih jasad anak-anak mereka sambil menjerit histeris.

Aku menoleh ke depan. Seseorang tengah menatapku. Ia mudah dikenali, karena warna lebam di pipinya begitu kontras dengan kulitnya yang putih - tidak ada anak lain di sekolah yang memiliki tanda begitu jelas di wajahnya.

Ia tersenyum, menaruh telunjuknya di bibir dan mengangguk. Aku tidak tahu apa-apa, tapi aku ikut menaruh telunjukku di bibir dan mengangguk.

No comments: