Friday, December 31, 2010

Cerita Dari Tahun Nol

Namaku Luna, usiaku enam belas tahun dalam perhitungan tahun masehi. Jujur saja agak aneh rasanya menggunakan perhitungan tahun masehi saat ini. Banyak orang yang mulai protes tentang cara perhitungan hari, bulan dan tahun, mengingat pergerakan planet saat ini sangat berbeda dibandingkan dulu. Walaupun kami masih menggunakan aturan 1 hari 24 jam, tapi sekarang kami sudah tidak bisa membedakan siang dan malam.

Laboratorium pusat yang menjadi patokan penuh waktu kami, mereka yang menentukan kapan waktunya bekerja dan kapan waktunya beristirahat melalui siaran di televisi.
Dulu sempat ada beberapa kalangan yang protes, tapi toh mereka tidak bisa memberikan solusi yang tepat tentang bagaimana cara menghitung waktu, jadi untuk sementara ini kami masih menggunakan cara yang ditentukan oleh laboratorium pusat.

Aku akan menceritakan sedikit tentang masa sekarang ini. Dari yang aku dengar, dulu di masa ketika Mamaku masih seusiaku, terjadi bencana besar di bumi. Alam yang sudah tidak tahan lagi terus-menerus disiksa oleh manusia melawan balik dan manusia pun tidak berdaya melawan kemurkaannya. Apa yang ada di atas permukaan laut habis tanpa sisa.

Segelintir manusia yang bisa bertahan hidup terpaksa hidup dalam tempat-tempat perlindungan yang sebelumnya telah mereka bangun. Hanya manusia yang membangun tempat perlindungan dalam air saja yang bisa bertahan hidup hingga sekarang, karena yang berada di atas tanah ikut hangus terkena amukan cahaya matahari yang sudah tidak terkendali sejak lapisan ozon tercabik habis. Kini manusia yang tinggal dalam tempat perlindungan di bawah air berusaha menemukan cara untuk tetap hidup dan syukur-syukur bisa mengembalikan sekian persen kualitas hidup mereka seperti dulu.
Hal itu tidak mudah, karena apapun yang berada di atas tanah kini sudah hancur lebur. Sampai saat ini, tidak mungkin kami mencapai kedalaman kurang dari seribu meter dari permukaan laut tanpa terpanggang panasnya sinar matahari. Masa ini dinamakan tahun nol oleh para ilmuwan, karena saat ini manusia dikembalikan lagi ke titik nol dimana kami harus memulai segalanya dari awal lagi.

Aku termasuk yang beruntung karena ketika aku lahir, peradaban sudah mulai stabil dan tidak sekacau dulu. Salah satu langkah besar yang berhasil dicapai adalah, para ilmuwan sudah mulai menyetujui penggunaan makanan dan minuman sintetis untuk kelangsungan hidup kami – yah, mereka tidak punya banyak pilihan juga, karena sedikit sekali hewan dan tumbuhan yang masih bisa bertahan hidup di laboratorium khusus mereka.

Sekarang buah-buahan, sayur, telur, daging dan susu sudah mulai dijual lagi walaupun hanya tersedia di toko-toko khusus. Keluarga pemilik perusahaan udara bersih yang menjadi sponsor penjualannya dan mereka menggelar gala dinner untuk meresmikannya. Aku melihat liputannya di televisi, benar-benar luar biasa. Mereka makan sayur dan buah yang tampak segar, minum susu murni dari gelas-gelas kristal ... entah berapa trilyun uang yang mereka keluarkan untuk makanan mewah seperti itu.

Aku sendiri hanya pernah minum susu murni di acara pernikahan salah seorang teman Mama. Aku hanya boleh minum secicip saja karena bagaimanapun juga tubuhku sudah terbiasa dengan bahan-bahan sintetik sejak lahir, takutnya aku bakal sakit kalau terpapar makanan dan minuman murni dalam jumlah besar. Aku tahu kenapa sebotol susu murni harganya bisa sampai ratusan ribu ... rasanya sangat lezat dan tidak bisa aku lukiskan dengan kata-kata. Sekarang saja mulutku sudah berair mengingat-ingat rasa gurih dan manisnya.

Aku iri mendengar cerita orang-orang dewasa yang sempat merasakan kemewahan hidup sebelum tahun nol. Katanya, mereka bisa menikmati makanan-makanan mewah itu setiap hari (sampai bosan!) dan mereka juga tidak pernah khawatir jatuh sakit. Bahkan katanya, mereka bisa memakan daging sapi dan ayam! Bayangkan! Padahal sekarang ini hewan-hewan itu termasuk hewan-hewan yang dilindungi dan dijaga secara ketat di laboratorium karena tidak bisa hidup di lingkungan sembarangan.

Aku termasuk pengagum makhluk hidup. Sejak film animasi ‘Life Before Zero’ mulai booming, aku mulai tahu soal hewan-hewan unik di zaman sebelum tahun nol. Anjing, kucing, tikus, cicak ... film itu luar biasa sekali! Sebelumnya aku tidak bisa membayangkan melihat hewan-hewan itu dalam keadaan hidup, bukan sekedar foto di buku ensiklopedia. Aku bisa menonton film itu setiap hari dan tidak pernah bosan. Kadang aku suka berpura-pura kalau aku hidup di zaman itu, ketika anjing dan kucing liar berkeliaran, cicak merembet di dinding rumah dan tikus mengintip dari sela-sela dinding.

Sekarang di tempatku hidup, sudah tidak ada sama sekali hewan atau serangga yang bisa bertahan hidup di luar laboratorium. Walaupun aku tinggal di dasar laut, tapi aku tidak pernah melihat makhluk bernama ‘ikan’ yang dulu katanya hidup di dalam air. Kalau aku menyibakkan gorden jendela rumah, sejauh mata memandang hanya terlihat air yang berwarna biru suram, pasir kelabu, gedung-gedung bawah air yang kusam, dan sesekali ada kapal selam bermotif tentara yang lewat.

Beberapa orang dewasa yang aku kenal sering menyindir tentang betapa beruntungnya anak-anak muda sekarang ini, karena selama beberapa tahun setelah bencana besar terjadi hanya para ilmuwan yang berhak menggunakan kapal selam itu. Sempat ada suatu masa dimana para manusia betul-betul stuck di rumah bawah air mereka tanpa bisa kemana-mana. Masa itu dinamakan ‘masa kegelapan’, banyak manusia yang menjadi gila lalu bunuh diri atau mencelakakan teman mereka yang lain. Para ilmuwan sempat kewalahan menangani masalah itu, karena saat itu mereka masih setengah mati memikirkan cara bertahan hidup dengan makanan dan minuman sintetis. Beberapa ilmuwan stres, jatuh sakit dan ada yang meninggal ketika mereka memaksakan diri untuk membuat puluhan kapal selam yang kini kami gunakan sebagai alat transportasi. Manusia tidak lagi terjebak di satu tempat dan perlahan-lahan mereka mulai membangun pertokoan dan tempat hiburan.

Aku merasa beruntung, karena katanya sebentar lagi akan dibuka kebun binatang tidak jauh dari tempat tinggalku. Para ilmuwan berhasil merekonstruksi tulang-belulang binatang yang tersisa dan mereka akan memamerkannya di sana. Tidak hanya itu, katanya akan ada teater dengan film dokumenter alam bebas, juga patung fiber glass yang menyerupai hewan-hewan itu! Aku melihat iklannya di televisi dan rasanya aku bisa meledak oleh kegembiraan. Akhirnya aku akan melihat kehidupan di hutan tropis, laut dan padang rumput Afrika zaman dulu! Setelah selama ini hanya memelototi gambarnya di internet atau buku ensiklopedia tua milik Mamaku, aku bisa melihat filmnya! Aku harus datang ke acara pembukaan kebun binatang itu. Mama sudah janji akan mengantarku ke sana. Aku tidak sabar lagi! Lusa, cepatlah datang ...


Aku enggak percaya kalau beberapa jam yang lalu aku masih bersenang-senang membayangkan serunya petualanganku nanti di kebun binatang. Saat ini aku sudah enggak bisa lagi merasakan rasa gembira dan penuh harapan yang tadi sempat aku rasakan. Sekarang yang aku rasakan hanya marah, kecewa dan sedih sekali. Barusan saja, Mama berkata kalau pembukaan kebun binatang dibatalkan sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan. Alasannya, beberapa replika binatang, tulang-tulang dan beberapa file film dokumenter hilang secara misterius. Polisi menduga hal ini ada hubungannya dengan perdagangan gelap yang belakangan ini mulai marak.

Serius ya, aku sangat, sangat marah! Para pelakunya pasti termasuk dari golongan senior kan? Mereka pasti pernah merasakan hidup di zaman penuh kemewahan sebelum bencana besar terjadi! Apa sih salahnya membiarkan orang-orang yang tidak seberuntung mereka untuk merasakan sepersekian dari apa yang pernah mereka rasakan dulu? Aaargh! Pokoknya aku kesal, kesal, kesal!

“Begitulah, Luna ...” Mama berkata dengan sedih tadi ketika melihatku marah-marah. “Rupanya sampai sekarang ini beberapa manusia memang belum bisa berubah ...”

“Apa mereka tidak puas merasakan bencana besar?!” ujarku marah. “Apa mereka mau kalau air laut di atas kita habis terkena cahaya matahari seperti ozon dulu, lalu peradaban manusia benar-benar tamat?!”

Tadinya aku menyangka Mama akan menegurku untuk tidak berbicara ngawur, tapi ternyata tidak. Mama terdiam lama, sementara aku berusaha menenangkan diri dengan menenggak sari buah sintetis yang dingin banyak-banyak. Tenggorokanku terasa sakit karena kandungan zat entah apa di dalamnya, tapi aku tetap menenggaknya untuk melampiaskan rasa marahku.

Tidak lama, aku mendengar Mama berbisik lirih. “Maafkan Mama Luna ...”

“Kenapa Mama yang minta maaf?” tanyaku. “Mama kan enggak berbuat apa-apa ...”

Tahu-tahu saja aku melihat dua butir air mata mengalir di pipi Mama. Aku kaget dan bingung melihatnya. Aku tidak tahu kenapa Mama menangis.

“Justru karena itu, Nak!” kata Mama dengan suara bergetar. “Justru karena Mama enggak berbuat apa-apa ...”

Setelah itu Mama bangkit dan masuk ke kamarnya, meninggalkan aku yang hanya bisa terpaku di ruang makan sendirian.

3 comments:

gerandis said...

wihiii akhirnya dipost juga cerpen jawaranya :D
err, aku belum baca sih, tapi bagus koq (hahha gimana mo tau bagus klo blon baca)
tar deh, bentar lagi aq baca... (janji)

bdw, senang berkenalan dg calon ibu dokter :D

gerandis said...

wow...wow...aq terhanyut dalam ceritanya! kesian luna ya...

Stephie Daydream said...

Seneng bisa kenalan denganmu juga, Gerandis! :) :) hehehe ... semoga kita enggak merasakan tahun nol juga yah ...